
Jakarta –
Literasi keuangan sungguh penting untuk dimengerti oleh setiap orang. Dengan mengetahui literasi keuangan sejak dini, seseorang dapat terhindar dari pola hidup konsumtif atau menghasilkan keputusan yang salah di saat berbelanja.
Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr. Susanti, guru besar bidang Pendidikan Ekonomi dan Keuangan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Menurutnya, sikap konsumtif dan belanja lebih di luar keperluan yang banyak dilaksanakan anak muda di sekarang ini merupakan efek dari minimnya literasi keuangan.
Susanti membeberkan bahwa hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 sudah membuktikan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia masih rendah. Peningkatan dalam hal literasi ini cuma meningkat sebesar 49,68% dibandingkan tahun lalu.
Baca juga: 4 Tips Maksimalkan Potensi Mahasiswa Menurut Pakar Unesa, Catat Nih! |
Dengan begitu, ia menyampaikan pentingnya orang bau tanah untuk menjalankan edukasi wacana keuangan terhadap anaknya sedini mungkin. Edukasi tersebut dapat dilaksanakan baik dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat.
“Sering ditemukan, interaksi anak dan orang bau tanah sungguh rendah akhir aktivitas orang tuanya sendiri. Cara untuk menanggulangi problematika itu anak dapat diajak ngobrol terkait keuangannya di saat berkumpul bareng baik itu sore atau malam hari terkait duit saku yang diberikan,” terangnya, dikutip dari laman Unesa, Sabtu (23/9/2023).
Cara Tanamkan Literasi Keuangan pada Anak
Lebih lanjut Susanti menerangkan bahwa duduk problem keuangan bukan sekadar soal pengertian melainkan sikap dan memerlukan pembiasaan. Contohnya merupakan orang bau tanah mengontrol jumlah duit saku anak, mengajari anak tekun menabung, bersedekah, mengajak anak menghasilkan budget sederhana, dan mengajak anak menjalankan belanja dengan bijak.
Menurutnya, pengertian dan sikap yang bijak dalam mengontrol keuangan ini tidak tergantung pada besaran duit saku yang dimiliki anak. Ia menerima ada sampaumur yang memiliki duit pas-pasan tetapi dengan literasi keuangan yang dimilikinya, ia dapat menyisakan uangnya untuk tetap menabung.
Untuk menghasilkan langkah lebih konkret, Susanti menyampaikan orang bau tanah dapat melakukan pekerjaan sama dengan forum sekolah atau komite sekolah dalam mengedukasi siswa wacana pentingnya literasi keuangan. Dengan pengertian yang baik, tak menutup kemungkinan seorang anak dapat ikut ikut serta dalam mengurus keuangan keluarga.
Baca juga: Benarkah IPK Bukan Satu-satunya Faktor Kesuksesan Karier? Ini Kata Pakar |
Cara lain yang bisa dilaksanakan merupakan dengan pembelajaran soal literasi keuangan di kampus. Dosen dapat menampilkan pengertian rancangan ekonomi secara konseptual terhadap mahasiswanya.
“Mengikuti kemajuan perekonomian dari banyak sekali media yang ada forum keuangan juga penting terlebih dengan kampanye literasi keuangan bareng untuk memajukan wawasan keuangan bagi penduduk khususnya anak usia dini,” tuturnya.
Sedangkan Susanti merupakan akademis yang konsentrasi mengkaji bidang pendidikan dan literasi keuangan. Dengan perannya yang besar dalam bidang keuangan, ia ingin dapat menghasilkan kemakmuran penduduk kian meningkat.
Ia berharap, pengetahuannya soal keuangan yang dibagikan terhadap penduduk khususnya anak muda untuk lebih melek lagi dalam mengontrol keuangan, sehingga tidak terjerumus oleh gaya konsumerisme.
