
Caracas – Pemerintah Venezuela mengaku sudah membebaskan lebih dari 500 orang yang ditahan usai terjadi protes pascapemilu pada Juli. Mereka merupakan pihak yang menolak hasil pemilu yg mengungguli kembali Nicolas Maduro selaku presiden pada 28 Juli 2024.
Dilansir AFP, lebih dari 2.400 orang yang ditahan selama protes pascapemilu. Protes tersebut meletus setelah Presiden Nicolas Maduro dinyatakan selaku pemenang, walaupun hasil yang dipublikasikan oleh pihak oposisi menyediakan calon mereka menang telak.
Dalam insiden itu, beberapa puluh delapan orang tewas dan nyaris 500 Tahanan terluka dalam kerusuhan tersebut.
Kantor kejaksaan lazim mengatakan bahwa 179 tahanan dibebaskan antara tanggal 10 dan 14 Desember, sehingga jumlah total yg dibebaskan menjadi 533.
Baca Juga : Waka Mpr Sebut Pentingnya Kesiapan Buat Perjalanan Natal dan Tahun Baru
LSM hak asasi insan Foro Penal mengatakan bahwa mereka melakukan memverifikasi informasi tersebut. Hingga dikala ini mereka hanya sanggup mengonfirmasi pembebasan 500 Tahanan .
Lebih dari 100 sampaumur tergolong di antara mereka yg ditangkap atas tuduhan terorisme dan dibawa ke penjara dengan keselamatan maksimum selaku bab dari langkah-langkah keras yang menyelesaikan protes.
Keluarga dari dua tahanan mengklaim bahwa mereka disiksa di dalam tahanan.
Hanya segelintir negara, tergolong sekutu penting Venezuela, Rusia, yg mengakui terpilihnya kembali Maduro.
Amerika Serikat dan Parlemen Eropa sudah mengakui calon oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia selaku “presiden terpilih”. Blok G7, yg berisikan Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman, Inggris, Jepang, dan Prancis, menyatakan menilai Gonzalez Urrutia selaku pemenang pemilu, tanpa mengakuinya selaku presiden terpilih.