Yogyakarta kembali menjadi pusat perayaan budaya yang semarak dengan digelarnya SINTJHIA (Seni Imlek Tionghoa Jogja), sebuah pameran seni budaya Tionghoa yang berlangsung dari 17 hingga 25 Januari 2023 di Taman Budaya Yogyakarta. Acara ini menjadi bagian dari rangkaian Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY XVII) yang diselenggarakan untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili.
Perpaduan Seni Rupa dan Tradisi Budaya
SINTJHIA mengusung konsep “Transformasi Budaya Tionghoa dalam Bingkai Keindonesiaan”, yang ditampilkan melalui beragam karya seni rupa, instalasi, kaligrafi, lukisan tinta Cina, dan pertunjukan kebudayaan yang meriah.
Lebih dari 50 seniman dari berbagai daerah turut serta dalam pameran ini. Mereka menampilkan karya-karya bertema Pameran Seni Tionghoa modern dan klasik, dengan pendekatan artistik yang menggabungkan nilai-nilai lokal dan budaya leluhur. Misalnya, lukisan bertema Barongsai dalam Lanskap Prambanan memperlihatkan kolaborasi visual yang memikat antara ikon budaya lokal dan tradisi Tionghoa.
Salah satu seniman yang mencuri perhatian adalah Tan Lie Ping, perupa asal Semarang yang memamerkan kaligrafi bertuliskan “Keharmonisan” menggunakan teknik sapuan kuas tinta khas Dinasti Tang. Karya ini menjadi pusat perhatian karena pesan yang dibawanya sangat relevan dengan semangat toleransi antarbudaya.
Ruang Interaksi Masyarakat Multikultural
Lebih dari sekadar pameran seni, SINTJHIA dirancang sebagai ruang interaksi budaya bagi masyarakat. Pengunjung tidak hanya menikmati karya seni, tapi juga bisa mengikuti workshop membuat lampion, menulis kaligrafi Mandarin, dan diskusi terbuka tentang filosofi budaya Tionghoa.
Pihak penyelenggara juga menyediakan panggung pertunjukan di malam hari dengan agenda seperti:
- Tarian naga dan barongsai
- Musik Gu Zheng (alat musik petik tradisional Tiongkok)
- Teater kontemporer bertema legenda Tionghoa
- Parade kostum Cheongsam dan Hanfu
Rangkaian ini menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi generasi muda dan wisatawan yang ingin mengenal kebudayaan Tionghoa secara lebih dekat.
Dukungan Pemerintah dan Komunitas
Pameran ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, komunitas seniman Tionghoa, dan berbagai organisasi budaya. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dra. Yetti Martanti, menyampaikan bahwa acara seperti SINTJHIA penting untuk memperkuat semangat pluralisme dan meningkatkan diplomasi budaya melalui seni.
“Seni budaya adalah bahasa universal. Di SINTJHIA, kita lihat bagaimana seni menyatukan keragaman menjadi harmoni,” ujarnya dalam pidato pembukaan.
Antusiasme Masyarakat dan Wisatawan
Antusiasme publik cukup tinggi terhadap acara ini. Selama seminggu pelaksanaan, lebih dari 10.000 pengunjung tercatat hadir di area pameran. Sebagian besar pengunjung adalah mahasiswa, wisatawan domestik, dan pelajar sekolah yang datang dalam rombongan edukatif.
Media sosial juga turut menyebarkan viralitas acara ini. Tagar #SINTJHIA2023 dan #BudayaTionghoaJogja ramai digunakan di Instagram dan TikTok, mempromosikan potret-potret pameran yang estetik.
baca juga : Startup Indonesia pendanaan Januari 2023 Terbesar seAsia
Mendorong Pariwisata Budaya
SINTJHIA menjadi salah satu bentuk konkret dari integrasi seni budaya dalam sektor pariwisata. Yogyakarta tidak hanya mengandalkan candi dan alam, tetapi juga mulai menggencarkan wisata budaya sebagai daya tarik utama. Pameran seperti ini terbukti mampu mendongkrak jumlah kunjungan dan memperpanjang masa tinggal wisatawan.
Dalam konteks industri kreatif, SINTJHIA juga menjadi ruang inkubasi bagi para seniman muda yang ingin mengangkat karyanya ke tingkat nasional.
SINTJHIA 2023 bukan hanya selebrasi budaya Imlek, melainkan perwujudan nyata dari semangat keberagaman Indonesia. Melalui seni, masyarakat diajak untuk memahami, menghargai, dan merayakan identitas budaya yang majemuk. Semoga ke depan, pameran seperti ini dapat terus berkembang dan memperkaya wajah seni-budaya tanah air.