Setelah hampir dua tahun proses renovasi, Museum Batik di Pekalongan akhirnya resmi dibuka kembali untuk umum pada 15 Januari 2023. Peresmian ini menjadi momen penting dalam pelestarian dan promosi budaya batik Indonesia, terutama di kota yang dikenal sebagai Kota Batik Dunia.
Acara pembukaan dilakukan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, disertai pertunjukan budaya, pameran batik, dan demo membatik dari pengrajin lokal.
Museum yang Penuh Warna dan Cerita
Museum Batik Pekalongan pertama kali dibuka pada tahun 2006 dan sejak saat itu menjadi pusat edukasi batik bagi pelajar, wisatawan, dan peneliti budaya. Namun, kebutuhan akan peremajaan fasilitas mendorong pemerintah kota dan pusat melakukan renovasi menyeluruh pada tahun 2021.
Kini, pengunjung dapat menikmati:
- Ruang pamer koleksi batik dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk batik pesisir, batik keraton, dan batik kontemporer.
- Fasilitas digital interaktif seperti layar sentuh sejarah batik, augmented reality (AR) batik, serta panduan audio multibahasa.
- Area workshop membatik untuk anak-anak dan dewasa.
- Ruang konservasi dan laboratorium batik.
“Museum ini adalah jendela warisan bangsa. Renovasi ini membawa semangat baru untuk menjadikan batik tidak hanya sebagai peninggalan, tapi juga sebagai gaya hidup,” kata Walikota Pekalongan, Achmad Afzan Arslan Djunaid.
baca juga : Festival Budaya Toraja Tarik Ribuan Wisatawan Lokal & Luar
Koleksi Langka dan Cerita di Baliknya
Salah satu daya tarik utama museum adalah koleksi lebih dari 1.000 helai batik dari abad ke-19 hingga masa kini. Koleksi yang menjadi sorotan antara lain:
- Batik tulis motif Hokokai dari masa penjajahan Jepang.
- Batik Tiga Negeri yang dibuat dengan teknik pewarnaan di tiga kota berbeda.
- Batik karya tokoh legendaris seperti Go Tik Swan, Iwan Tirta, dan Emily Kame (kolaborasi Indonesia-Australia).
Masing-masing kain batik dipajang dengan narasi sejarah, teknik pembuatannya, hingga makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
Museum ini kini semakin ramah untuk anak dan pelajar. Pengunjung bisa mencoba membatik sendiri di studio mini dengan bimbingan pengrajin asli. Ada juga kelas batik kilat yang mengajarkan dasar canting, pewarnaan alami, dan pembuatan pola.
Selain itu, museum bekerja sama dengan sekolah dan komunitas kreatif untuk membuat kurikulum seni dan budaya berbasis batik, termasuk pelatihan guru dan materi digital.
“Anak-anak perlu dikenalkan batik sejak dini agar mereka merasa bangga menjadi bagian dari budaya ini,” kata Sri Yuliani, pengelola pendidikan museum.
Mendukung Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kehadiran Museum Batik Pekalongan menjadi daya tarik utama wisata budaya di Jawa Tengah. Menurut Dinas Pariwisata setempat, kunjungan meningkat 40% pada dua minggu pertama setelah pembukaan kembali.
Wisatawan juga diajak menjelajah Kampung Batik Kauman dan Pesindon, serta mengikuti Tur Batik Heritage yang menawarkan pengalaman membatik langsung bersama warga lokal. Banyak wisatawan juga membeli kain batik atau produk turunan seperti tas, baju, dan dompet sebagai oleh-oleh.
Apresiasi Internasional dan UNESCO
Pekalongan telah diakui oleh UNESCO sebagai bagian dari Jaringan Kota Kreatif Dunia (Creative Cities Network) dalam kategori Crafts and Folk Art sejak 2014. Renovasi museum ini juga mendapat pujian dari UNESCO Indonesia sebagai upaya nyata dalam mendukung pelestarian warisan budaya tak benda.
Sebagai bagian dari kampanye global “Batik for the World,” Museum Batik Pekalongan juga menjalin kerja sama dengan museum tekstil di Belanda, Jepang, dan Australia untuk pertukaran koleksi dan riset bersama.
Dengan wajah baru dan pendekatan edukatif yang lebih kuat, Museum Batik Pekalongan siap menyambut generasi baru pecinta batik dari seluruh dunia. Tak hanya sebagai tempat melihat kain, museum ini menjadi simbol kebanggaan budaya, inovasi edukasi, dan penggerak ekonomi kreatif lokal.