
Malam itu, langit bersih seperti kertas kosong, dan bintang-bintang seperti titik-titik tinta yang siap menuliskan kembali cerita-cerita lama yang hampir dilupakan. Lentera Sastra Rakyat 2023 bukan hanya festival, ia adalah bentuk perlawanan terhadap lupa—sebuah upaya menyulut kembali bara kecil cerita rakyat yang hampir padam di sudut-sudut pikiran kolektif kita.
Begitu jam menunjukkan pukul 18.30 WIB, para pengunjung mulai berdatangan. Di gerbang masuk, barisan lentera kecil bergoyang ditiup angin.
Lentera Sastra Rakyat tahun 2023 mengusung tema: “Cerita Lama, Nafas Baru”. Tidak ada kesan ‘jadul’ atau kaku.
1. Ketika Dongeng Tidak Lagi Cuma Milik Anak-anak
Dengan logat Jawa yang kental dan gestur tubuh yang teatrikal, ia membawakan ulang cerita Buto Ijo dalam versi yang lebih “dewasa”—penuh sindiran sosial dan kritik terhadap keserakahan manusia modern.
2. Di Antara Aksara dan Aroma Jagung Bakar
Tidak semua keseruan ada di panggung. Di salah satu sudut, ada ruang khusus untuk “Cerita dari Ibu” – sebuah sesi terbuka di mana perempuan-perempuan tua membacakan ulang dongeng masa kecil mereka sambil duduk di tikar.
“Sekarang cucu saya malah lebih suka nonton YouTube.”
Tapi malam itu, suara Mbah Sri terdengar lebih penting dari video manapun.
Salah satu segmen paling menarik datang sekitar pukul 20.30 WIB: diskusi interaktif berjudul “Apakah Cerita Rakyat Relevan untuk Generasi Gadget?” Panelisnya beragam—seorang sastrawan, dosen antropologi, komikus webtoon, dan content creator TikTok yang terkenal membawakan kisah lentera suara rakyat horor lokal.
Diskusi ini berlangsung seru dan penuh gelak tawa.
“Cerita rakyat itu bukan cuma hiburan,” kata Rafi, salah satu panelis muda. “Dia adalah identitas.
Penonton tampak antusias. Dengan suara bergetar, ia mengajak semua yang hadir untuk terus bercerita, menulis, membaca, dan mendengar.
“Karena selama kita masih mendengar, cerita rakyat tidak akan pernah benar-benar mati. Ia hanya tidur sebentar, menunggu malam seperti ini untuk bangun kembali.”
Semua mata memandang ke atas. Anak-anak bersorak, orang dewasa tersenyum, dan beberapa tampak diam memejamkan mata sejenak. Mungkin mengingat cerita masa kecil mereka.
5. Refleksi dan Harapan
Lentera Sastra Rakyat 2023 bukan acara besar dengan sponsor megah atau artis nasional. Tapi justru dalam kesederhanaannya, ia menyimpan kekuatan besar: kekuatan untuk menghubungkan generasi, untuk menyatukan kembali orang-orang lewat kisah yang terasa milik bersama.
Di tengah dunia yang makin cepat dan serba digital, malam seperti ini menjadi ruang jeda yang berharga. Sebuah pengingat bahwa kita berasal dari cerita, dan akan selalu butuh cerita.
Dan malam itu, di pinggir kota, cerita-cerita itu menyala kembali. Tidak keras, tidak mewah. Tapi cukup hangat untuk membuat siapa pun ingin bertahan sedikit lebih lama.