
Jakarta – Program prioritas gres yakni Makan Bergizi Gratis (MBG) diperkirakan memerlukan Rp 71 triliun rupiah pada tahun pertama implementasi, yakni 2025. Angka ini lebih besar ketimbang dana desa saat pertama kali masuk selaku kegiatan pemerintahan sepuluh tahun lalu, yakni sebesar Rp 20 triliun. Kondisi ini terperinci makin mengembangkan kapasitas keuangan negara yang sebelumnya terus mengalami pertumbuhan pesat dalam sepuluh tahun terakhir.
Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang terus bertambah signifikan. Belanja negara yang cuma Rp 1.800 triliun pada 2015, melesat naik dua kali lipat menjadi Rp 3.621 triliun pada 2025. Begitu juga pendapatan yang terus merangkak naik dari Rp 1.500 triliun padan 2015, menjadi diproyeksikan sebesar Rp 3.005 triliun pada 2025.
Satu dasawarsa dengan pertumbuhan signifikan membuat APBN mempunyai tugas yang bertambah krusial dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih pada 2025, kegiatan pemerintahan yang gres juga memerlukan kapasitas fiskal yang lebih besar. Peran APBN mengalami pertumbuhan yang signifikan tidak cuma menjadi referensi dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi saja, tetapi juga menjadi makin strategis dalam menjamah area pembangunan ekonomi lewat kenaikan mutu sumber daya insan ke depan lewat kegiatan gres MBG.
Lalu, mampukah APBN terus bergerak berdampak melakukan kegiatan gres yang cukup ekspansif ini?
Langkah yang Seharusnya
Membangun mutu sumber daya insan ke depan ialah langkah yang semestinya dijalankan dengan sempurna dalam rangka meraih Indonesia Emas. Mengingat beberapa pola keadaan pendidikan di Indonesia yang trend di media online, seumpama ketidakmampuan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) berhitung angka-angka dasar sampai wawasan geografi yang buruk, pasti memunculkan pertanyaan besar bagaimana nasib sumber daya insan kita pada masa yang mau datang.
Sinyal kurangnya mutu sumber daya insan Indonesia juga sanggup dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index (HDI). HDI yakni representasi dari mutu pembangunan insan yang memadukan pendidikan, kesehatan, dan kemakmuran ekonomi. HDI Indonesia masih berada di peringkat 112 dunia dengan nilai 0,713 dan masih di bawah rata-rata dunia yakni 0,73 dalam pengukuran terakhir pada 2022 oleh United Nations.
Indonesia mempunyai kehabisan di tingkat impian hidup (68,3 tahun) dan rata-rata usang sekolah (8,6 tahun). Posisi HDI Indonesia masih lemah di bawah negara-negara tetangga seumpama Singapura (9), Brunei Darussalam (55), Malaysia (63), Thailand (66), dan Vietnam (107). Berangkat dari aneka macam keadaan tersebut, pasti kenaikan mutu sumber daya insan menjadi hal yang wajib dipenuhi untuk meraup bonus demografi.
Salah satu langkah strategis yakni mengembangkan gizi belum dewasa lewat kegiatan MBG. Menurut studi World Bank (2024), sumbangan makan bergizi sanggup mengembangkan tingkat kehadiran, tingkat partisipasi, serta meminimalkan malnutrisi/stunting. Di beberapa negara maju, sumbangan makan bergizi juga sanggup mengatur pola makan sehingga meminimalkan risiko obesitas dan diabetes sejak dini bagi anak usia sekolah.
Sementara itu di tempat Afrika, kegiatan ini juga bisa memperluas potensi petani lokal, mendorong ekonomi pedesaan/kerakyatan, memperkuat ketahanan pangan, serta meminimalkan rantai pasok dan emisi karbon (UN WFP, 2021).
Tidak kecil memang budget yang perlu ditawarkan dalam kegiatan ini, yakni diperkirakan memerlukan Rp 71 triliun dan makin bertambah untuk mempertahankan mutu gizi nasional serta meraih belum dewasa di pelosok negeri. Namun, langkah strategis ini menampilkan impian sekaligus harapan cerah ke depan terhadap kenaikan sumber daya manusia.
Gizi yang terjamin sanggup mengembangkan kesanggupan berpikir belum dewasa sekaligus bisa mengembangkan kebugaran dan kesehatan masyarakatnya. Artinya apabila berlangsung dengan berhasil dan sempurna sasaran, gizi yang tercukupi akan bisa menjawab tantangan dalam tiga dimensi pembangunan sumber daya insan secara bersama-sama, yakni mengembangkan mutu kebugaran dalam dimensi kesehatan, mendorong kesanggupan berpikir dalam dimensi pendidikan, sekaligus meminimalkan kelaparan dalam dimensi kemakmuran ekonomi.
Baca Juga : Ojk Terbitkan Hukum Pengembangan Dan Penguatan Transaksi
Menaikkan Belanja Negara
Arah kebijakan dalam pembangunan pendidikan salah satunya yakni mengembangkan mutu pembelajaran dengan sumbangan makan bergizi. Dalam APBN 2025, sanggup dikenali bahwa budget pendidikan meraih Rp 722 triliun atau naik 8% dari 2024 yang mempunyai budget Rp 665,1 triliun. Kenaikan ini salah satu penyebabnya yakni adanya kegiatan gres MBG.
Dalam sudut pandang yang lebih luas, budget pendidikan ialah cuilan dalam belanja negara APBN. Secara biasa belanja negara mengalami kenaikan sehingga meraih Rp 3.621 triliun pada 2025. Dengan pendapatan yang diproyeksikan meraih Rp 3.005 triliun, maka defisit budget diperkitakan meraih Rp 616 triliun atau 2,53% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Rasio defisit ini terus dijaga dalam batas kondusif yang ditetapkan oleh Undang-Undang (3% dari PDB).
Defisit budget memang sempat dua tahun berturut-turut di atas 3% akhir pandemi yang terjadi pada 2020 dan 2021. Namun seiring dengan kembalinya perekonomian negara dari kelesuan pandemi, APBN kembali berada di jalurnya sejak 2022 dan diperkirakan tetap tersadar pada 2025.
Dari keadaan struktur di atas, sanggup diterangkan bahwa walaupun pemanis kegiatan MBG mengoptimalkan belanja negara, tetapi batas-batas defisit budget masih dalam koridor yang masih terjaga. Artinya langkah strategis pemerintah untuk kenaikan mutu sumber daya insan tetap sanggup diakomodasi oleh postur APBN lewat pembiayaan yang terjaga, pendapatan yang meningkat dan mutu belanja yang efisien.
Program MBG selain ialah upaya kenaikan kesehatan dan kenaikan mutu SDM juga sanggup mendorong pertumbuhan ekonomi dan absorpsi tenaga kerja lewat pemberdayaan UMKM. Tenaga kerja yang dibutuhkan sanggup terserap untuk pelaksanaan kegiatan ini sekitar 0,82 juta pekerja. Program MBG dibutuhkan sanggup menyumbang kenaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 0,10 persen pada 2025 (Nota APBN, 2025).
Program MBG tidak secara instan bisa mengembangkan mutu SDM, tetapi bersifat jangka panjang dalam merencanakan SDM bermutu Indonesia pada masa depan. Tidak kecil memang keperluan budget MBG, tetapi budget yang cukup besar tersebut ialah langkah besar dalam membangun SDM insan dari tingkat paling mempunyai potensi untuk berkembang dan berkembang, yakni anak-anak.
Peningkatan belanja negara selaku cuilan dari permintaan kegiatan MBG ini memang tidak sanggup terelakkan. Namun kenaikan tersebut masih dalam batas postur APBN alasannya yakni diproyeksi defisit APBN masih di bawah 3% dan sesuai dengan koridor Undang-Undang. APBN bahkan pernah mengalami defisit yang lebih lebar saat terjadi pandemi, tetapi ternyata bisa mempertahankan keuangan negara dengan baik sampai menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Sehingga tantangan meningkatnya belanja negara lewat kegiatan MBG semestinya sanggup diakomodasi dengan baik oleh APBN.
Keberhasilan kegiatan MBG juga tidak cuma bertumpu terhadap pemerintah. Diperlukan kerjasama dan kolaborasi yang bagus antar-elemen yang terlibat baik itu pemerintah, masyarakat, UMKM sampai sekolah-sekolah akseptor program. Apabila bisa dijalankan dengan baik, MBG akan bisa mengembangkan mutu SDM Indonesia serta bisa menjamah tiga dimensi pembangunan yakni pendidikan, kesehatan, dan kemakmuran ekonomi dalam HDI. Pada akhirnya, kegiatan MBG juga dibutuhkan sanggup menampilkan dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih berdampak dan inklusif.