Awal tahun 2023, dunia seni rupa internasional disambut dengan sebuah kolaborasi kreatif lintas negara antara seniman Indonesia dan Jepang. Dalam sebuah proyek berjudul “Harmony of Light: Resonansi Dua Budaya”, para seniman dari kedua negara menampilkan karya instalasi cahaya interaktif yang memukau di Tokyo Arts and Space, pusat seni kontemporer prestisius di Jepang.
Proyek ini merupakan bagian dari program Asia in Resonance yang digagas oleh Japan Foundation sebagai bentuk perayaan hubungan diplomatik dan kebudayaan antara Jepang dan negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Tahun 2023 menandai 65 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, dan pameran ini menjadi wujud nyata Kolaborasi Seniman Indonesia dan Jepang yang semakin erat.
baca juga : Pameran Batik Klasik di Museum Tekstil Jakarta Tampilkan Koleksi Langka Abad ke-19
Kolaborasi ini melibatkan dua seniman utama
- Reza Rahadian (Indonesia) – seorang seniman visual yang karyanya banyak mengeksplorasi tema identitas dan spiritualitas dalam media cahaya dan suara.
- Ayumi Tanaka (Jepang) – seniman multimedia yang dikenal dengan karya-karya futuristik dan penggunaan teknologi imersif.
Tentang Instalasi “Harmony of Light”
Instalasi ini terdiri dari sebuah ruang gelap berukuran 10×10 meter yang dipenuhi dengan proyeksi cahaya, kaca reflektif, kabut buatan, dan sensor gerakan. Pengunjung yang masuk akan langsung disambut oleh gelombang cahaya dinamis yang merespons setiap langkah dan gerakan tubuh mereka.
Motif-motif visual yang ditampilkan mencampurkan batik kontemporer dengan pola Zen Jepang, menciptakan pemandangan visual yang mencerminkan perpaduan budaya secara harmonis.
“Kami ingin menyampaikan bahwa cahaya bisa menjadi bahasa universal untuk menyatukan nilai-nilai budaya yang berbeda,” ujar Reza Rahadian.
Instalasi ini bukan hanya untuk dilihat, tetapi juga untuk dirasakan dan dihidupi. Suara gamelan Jawa dipadukan dengan dentingan lonceng Jepang mengisi ruangan, menciptakan atmosfer meditatif.
Teknologi dan Estetika
Salah satu kekuatan karya ini terletak pada penggunaan teknologi interaktif real-time, di mana cahaya berubah sesuai dengan ritme gerak pengunjung. Sensor infrared dan sistem AI sederhana digunakan untuk membaca pola gerakan dan mengubahnya menjadi bentuk cahaya dan suara.
Visual utama berupa mandala cahaya yang terus berkembang—representasi dari keterkaitan antara manusia, budaya, dan semesta. Motif ini terinspirasi dari konsep Jawa “manunggaling kawula gusti” dan filosofi Jepang “wabi-sabi”.
Antusiasme Pengunjung Tokyo
Sejak dibuka untuk umum pada 20 Januari 2023, instalasi ini telah dikunjungi lebih dari 10.000 orang dalam dua minggu pertama. Banyak pengunjung yang membagikan pengalamannya di media sosial, menyebut karya ini sebagai pengalaman artistik yang spiritual dan futuristik sekaligus.
Kritikus seni dari Tokyo Art Weekly memuji karya ini sebagai “contoh sinergi lintas budaya yang otentik, tidak terjebak pada stereotip eksotis, tetapi benar-benar menyatu secara kreatif.”
Setelah sukses di Tokyo, karya ini direncanakan akan dibawa ke: Museum MACAN, Jakarta – pertengahan 2023, Singapore Art Week dan Gwangju Media Art Biennale, Korea Selatan. Pameran keliling ini diharapkan bisa memperkuat posisi seniman Indonesia dalam jaringan seni kontemporer Asia dan memperluas ruang apresiasi terhadap seni instalasi berbasis budaya.
“Kami ingin karya ini menjadi percikan awal dari lebih banyak kolaborasi artistik Asia yang sejajar dan saling memperkaya,” tutur Ayumi Tanaka.
Dampak untuk Ekosistem Seni Indonesia
Kolaborasi ini juga membuka peluang baru bagi seniman muda Indonesia untuk berekspansi ke luar negeri melalui jalur residensi seni dan pertukaran budaya. Selain itu, keterlibatan teknologi dalam karya ini mendorong eksplorasi baru di bidang seni digital dan seni imersif di tanah air.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi turut mendukung penuh partisipasi Indonesia dalam ajang ini, sebagai bagian dari diplomasi budaya yang berkelanjutan.
Kolaborasi antara Reza Rahadian dan Ayumi Tanaka membuktikan bahwa seni bisa menjembatani budaya, bahkan mempertemukan filosofi yang berbeda dalam satu ruang pengalaman yang mendalam. Instalasi “Harmony of Light” bukan hanya karya seni, tapi juga perayaan sinergi dan keindahan lintas bangsa dalam bentuk yang paling kontemporer.