
Selama bertahun-tahun, cerita rakyat dianggap sebagai sesuatu yang “kuno”, “jadul”, dan tidak relevan lagi dengan anak muda. Tapi itu berubah drastis di Lentera Sastra Rakyat 2023. Acara tahunan ini berhasil mengubah cara generasi muda memandang kisah-kisah lama. Dan kuncinya ada pada TikTok, video pendek, dan teknologi suara AI.
Anak-anak muda yang biasanya lebih akrab dengan tren dance challenge dan filter Instagram, kini berbondong-bondong datang ke acara budaya lokal. Apa yang membuat mereka tertarik? Jawabannya adalah format penyampaian cerita yang mereka pahami dan nikmati sehari-hari.
TikTok Jadi Panggung Mini Cerita Rakyat
Salah satu strategi cerdas dari Lentera Sastra Rakyat tahun ini adalah menjadikan TikTok sebagai media utama penyebaran cerita rakyat. Beberapa hari sebelum acara, akun resmi Lentera sudah mulai mengunggah cuplikan cerita rakyat dalam format video 60 detik—dengan gaya narasi, efek visual, dan backsound dramatis yang sangat TikTok-able.
Video seperti “Legenda Timun Mas dalam 60 Detik” atau “Sangkuriang kalau Hidup di 2023” langsung viral. Bahkan beberapa konten duet dan stitch dari pengguna TikTok lain memperkuat hype-nya. Ini membuat anak muda merasa terlibat dan ikut andil dalam narasi budaya, bukan hanya sebagai penonton pasif.
Suara AI yang Unik Bikin Cerita Lebih Hidup
Salah satu fitur paling menarik tahun ini adalah penggunaan suara AI untuk membacakan lentera suara rakyat. Teknologi text-to-speech (TTS) yang dipakai bisa menghasilkan suara yang mirip manusia, bahkan bisa diatur menjadi suara nenek-nenek, anak kecil, atau suara hantu sekalipun!
Ini digunakan dalam ruang audio interaktif di area festival, di mana pengunjung bisa memilih cerita dan mendengarkannya lewat headphone. Suaranya terasa sangat nyata, efeknya immersive, dan banyak anak muda merekam reaksi mereka untuk diunggah ke media sosial.
Video Pendek, Cerita Padat, Tapi Mengena
Di era serba cepat seperti sekarang, durasi cerita menjadi tantangan. Lentera Sastra Rakyat mengadaptasi hal ini dengan menyajikan pertunjukan cerita rakyat yang hanya berdurasi 5–7 menit per segmen. Bahkan, beberapa pertunjukan disajikan dalam bentuk video pendek sinematik yang ditayangkan di layar raksasa.
Alur cepat, visual memukau, dan narasi yang padat membuat anak muda tidak kehilangan fokus. Banyak yang justru mengabadikan momen tersebut dan membagikannya di Instagram Reels atau YouTube Shorts dengan hashtag #LenteraSastra2023.
Kenapa Ini Efektif? Karena Formatnya Familiar
Anak muda masa kini sudah sangat akrab dengan TikTok, AI voice, dan video pendek. Dengan mengemas cerita rakyat dalam format yang familiar dan fun, Lentera Sastra Rakyat tidak hanya melestarikan budaya, tapi juga menyemarakkan kembali semangat lokal dengan cara yang sesuai zaman.
Tak sedikit pengunjung yang datang hanya karena awalnya “scrolling di FYP”, lalu penasaran dan akhirnya membeli tiket untuk hadir langsung. Ini menunjukkan bahwa strategi digital yang tepat bisa menjembatani budaya lama dengan generasi baru.
Reaksi Penonton: “Beda Banget! Nggak Ngebosenin Sama Sekali”
Salah satu penonton, Maya (20), mahasiswa desain grafis, berkata:
“Awalnya aku pikir ini kayak acara cerita rakyat yang ngebosenin, tapi ternyata keren banget. Dari TikTok-nya aja udah bikin penasaran. Di lokasi juga interaktif banget, bisa bikin konten, bisa pilih cerita, dan suara AI-nya kayak film Netflix!”
Unggahan Maya yang mendapat ribuan likes membuktikan bahwa pendekatan Lentera tahun ini bukan sekadar gimmick, tapi benar-benar menyentuh target audiensnya.
Lentera Sastra Rakyat 2023 Jadi Contoh Inovasi Budaya Berbasis Teknologi
Acara ini jadi bukti nyata bahwa budaya tidak harus ketinggalan zaman. Dengan pendekatan digital yang kreatif dan inklusif, Lentera Sastra Rakyat tahun ini berhasil menarik perhatian ribuan anak muda, bahkan yang sebelumnya tidak tertarik pada budaya lokal.
Penggunaan platform populer seperti TikTok, kombinasi teknologi AI, dan format video pendek menjadikan cerita rakyat tampil segar, menghibur, dan mudah diakses oleh siapa saja.
Kesimpulan
Lentera Sastra Rakyat 2023 bukan sekadar festival budaya. Ini adalah jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara cerita tradisional dan teknologi terkini. Dengan menggunakan TikTok, video pendek, dan suara teknologi AI sebagai media utama, Lentera berhasil memenangkan hati anak muda dan membuktikan bahwa budaya bisa hidup dan berkembang di mana saja—termasuk di dunia digital.