
Cerita rakyat dan teknologi canggih biasanya seperti dua dunia yang berjauhan. Yang satu adalah warisan lama, diceritakan lisan dari generasi ke generasi. Yang lain adalah masa kini, cepat, dinamis, dan futuristik. Tapi Lentera Sastra Rakyat 2023 hadir untuk membuktikan bahwa keduanya bisa bersatu, saling menguatkan, dan menghadirkan pengalaman yang bukan hanya spektakuler secara visual, tetapi juga menyentuh secara emosional.
Bertempat di Panggung Terbuka Taman Budaya Jawa Timur, acara ini mengusung konsep “Cerita Tradisional dalam Format Teknologi Masa Kini”, mempersembahkan berbagai kisah rakyat Nusantara yang dikemas ulang dengan visual canggih, tata cahaya dinamis, dan musik digital elektronik—tanpa menghilangkan nilai-nilai luhur yang melekat dalam cerita tersebut.
Proyeksi 3D & Teknologi Sensor: Panggung yang “Bernyawa”
Begitu pertunjukan dimulai pukul 18.30 WIB, penonton langsung disambut oleh pengalaman visual luar biasa. Di balik layar panggung, terdapat instalasi teknologi mapping 3D dan sensor gerak yang memungkinkan elemen panggung—seperti latar alam, rumah kayu, hingga sungai—bergerak dan berubah sesuai dengan gerakan para aktor.
Dalam pementasan “Legenda Dewi Padi”, setiap langkah Dewi pada panggung menghasilkan gerakan padi digital di latar belakang. Ketika ia mengangkat tangan, layar memunculkan efek hujan turun, menciptakan ilusi seolah-olah penonton benar-benar berada di ladang.
Selain itu, beberapa aktor mengenakan pakaian dengan chip sensorik, yang terhubung dengan tata lampu dan visual panggung. Efek visual seperti kilatan petir atau cahaya aura tokoh-tokoh lentera suara rakyat mitologi muncul real-time ketika mereka bergerak atau mengucapkan mantra dalam lakon.
Musik Digital: Tradisi yang Berdenyut dalam Beat Modern
Tak hanya visual, musik pengiring di Lentera 2023 juga jadi pusat perhatian.
Pertunjukan “Sangkuriang: Anak Gunung yang Lupa Asal” tampil dengan iringan musik kontemporer karya DJ lokal yang merekam ulang bunyi gamelan Jawa, lalu mengolahnya menjadi loop digital. Hasilnya? Suasana mistis yang menyelimuti kisah tersebut terasa makin dalam dan imersif.
Jawaban terbanyak di layar menentukan arah cerita. Hasilnya? 85% memilih jalan pengorbanan, dan aktor langsung menyesuaikan dialog serta blocking-nya secara real-time.
Pujian dan Antusiasme Penonton
Beragam komentar positif mengalir di media sosial:
“Baru kali ini nonton cerita rakyat kayak nonton konser Coldplay campur dengan wayang!”
— @surabayasastra“Anak saya sampai minta download soundtrack ‘Sangkuriang elektronik’ buat belajar. Luar biasa inovasinya.”
— @bunda_ayu
Kesimpulan: Tradisi dan Teknologi Bisa Satu Panggung
Lentera Sastra Rakyat 2023 membuktikan bahwa teknologi dan tradisi tidak harus berlawanan.
Teknologi canggih bukan menggantikan makna tradisi, tetapi memperluas jangkauannya. Musik digital bukan merusak estetika budaya, tetapi membuka jalan baru untuk menafsirkannya.