Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Follow Us
Follow Us

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use

Ketoprak Virtual Diminati Ribuan Penonton dari Luar Jawa

Di tengah arus digitalisasi dan perubahan gaya hidup masyarakat, siapa sangka bahwa ketoprak—salah satu seni pertunjukan tradisional Jawa—justru menemukan “panggung” barunya di dunia virtual. Sejak awal 2023, pertunjukan ketoprak yang disiarkan secara daring berhasil meraih ribuan penonton, tidak hanya dari Pulau Jawa, tetapi juga dari daerah-daerah lain di Indonesia dan luar negeri.

Fenomena ini menjadi angin segar bagi pelestarian seni tradisional yang selama ini mengalami penurunan minat, terutama di kalangan generasi muda.

Apa Itu Ketoprak?

Ketoprak merupakan bentuk teater tradisional Jawa yang memadukan dialog, tari, musik gamelan, dan cerita sejarah atau legenda lokal. Biasanya dibawakan dalam bahasa Jawa, ketoprak menyuguhkan cerita penuh nilai moral, kepahlawanan, hingga komedi.

Advertisement

Namun selama pandemi COVID-19, pertunjukan langsung ketoprak terpaksa berhenti. Di tengah keterbatasan itulah lahir inisiatif baru: Ketoprak Virtual.

Ketoprak Virtual: Dari Panggung ke Layar

Inisiatif ini pertama kali dilakukan oleh Komunitas Ketoprak Millenial Yogyakarta. Mereka memanfaatkan platform seperti YouTube Live, Zoom, hingga TikTok Live untuk menayangkan pementasan ketoprak secara langsung maupun rekaman.

“Kami ingin menunjukkan bahwa ketoprak bisa beradaptasi. Teknologi bukan musuh, tapi jembatan,” ujar Budi Santosa, sutradara dan ketua komunitas tersebut.

Mereka memodifikasi durasi pertunjukan menjadi lebih singkat (60–90 menit), memperhatikan sinematografi, serta menyediakan subtitle Bahasa Indonesia dan Inggris agar lebih inklusif.

Menjangkau Penonton dari Berbagai Wilayah

Dalam salah satu penayangan berjudul “Ken Dedes: Cahaya dari Tumapel”, tercatat lebih dari 18.000 penonton dari luar Jawa, termasuk dari Kalimantan, Sulawesi, Papua, bahkan diaspora Indonesia di Belanda dan Australia.

Banyak di antara mereka yang merasa terhubung kembali dengan akar budayanya setelah lama tinggal di luar lingkungan Jawa.

“Nonton ketoprak virtual ini bikin nostalgia, sekaligus memperkenalkan budaya ke anak-anak saya,” tulis pengguna YouTube asal Balikpapan.

Selain pementasan, para pelaku ketoprak virtual juga aktif membuat konten edukatif seperti: Sejarah tokoh-tokoh ketoprak, Belajar bahasa Jawa melalui dialog, Tutorial mengenakan kostum dan riasan ketoprak. Tak hanya itu, kolaborasi dengan selebriti lokal dan influencer budaya turut memperluas jangkauan audiens. Dalam beberapa episode, hadir bintang tamu seperti Butet Kartaredjasa, Didi Kempot (alm) via rekaman lama, hingga musisi indie yang menciptakan remix gamelan.

baca juga : Perajin Wayang Kulit Solo Kebanjiran Pesanan dari Luar Negeri di Awal 2023

Dukungan Pemerintah dan Lembaga Budaya

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) turut mengapresiasi inovasi ini. Program seperti Fasilitasi Bidang Kebudayaan dan Rumah Budaya Indonesia mendukung digitalisasi pertunjukan tradisional.

Pemerintah daerah seperti DIY, Jawa Tengah, dan bahkan Kalimantan Timur ikut memfasilitasi pentas ketoprak daring sebagai bagian dari bulan budaya lokal.

Meskipun mendapat respons positif, Ketoprak Virtual menghadapi beberapa tantangan seperti: Keterbatasan alat produksi (kamera, pencahayaan), Jaringan internet tidak merata, Keterbatasan SDM untuk editing dan promosi digital.

Namun tantangan ini tidak menyurutkan semangat para pelaku seni. Mereka terus berinovasi agar seni tradisi tak hanya bertahan, tapi juga berkembang di era digital.

Potensi Masa Depan

Ketoprak Virtual membuktikan bahwa tradisi bisa berjalan berdampingan dengan teknologi. Generasi muda yang semula enggan menyaksikan pertunjukan konvensional, kini mulai tertarik karena bentuk penyajiannya lebih menarik dan mudah diakses.

Potensi pengembangan ke depan termasuk : Platform mandiri khusus ketoprak daring, Kolaborasi dengan Netflix/YouTube Originals , Versi ketoprak interaktif berbasis aplikasi

“Ketoprak bukan seni masa lalu. Ia adalah seni sepanjang masa, jika kita tahu cara merawatnya,” ujar Mbak Rina, aktor ketoprak wanita yang kini dikenal luas di TikTok.

Kisah sukses Ketoprak Virtual menjadi contoh inspiratif bahwa seni tradisional tidak harus mati di era digital, justru bisa bangkit dan menjangkau lebih banyak jiwa yang haus akan akar budaya. Dari panggung ke layar, ketoprak membuktikan dirinya sebagai seni yang adaptif, hidup, dan relevan.

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Perajin Wayang Kulit Solo Kebanjiran Pesanan dari Luar Negeri di Awal 2023

Next Post

Pameran Batik Klasik di Museum Tekstil Jakarta Tampilkan Koleksi Langka Abad ke-19

Advertisement