Palembang, kota yang dikenal sebagai persilangan budaya Melayu dan Tionghoa, kembali menghadirkan suasana religius yang kental menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili. Ribuan umat Tionghoa memadati Klenteng See Hin Kiong untuk menggelar doa bersama, sebagai bagian dari tradisi menyambut tahun baru dalam kepercayaan Konghucu dan Buddha.
Doa bersama ini menjadi momen penting, tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan ungkapan harapan akan keselamatan, rezeki, dan kedamaian di tahun yang akan datang.
Suasana Penuh Kekhusyukan
Sejak pagi hari, para umat yang mengenakan pakaian merah mulai berdatangan ke klenteng tertua di Palembang tersebut. Klenteng See Hin Kiong, yang berdiri sejak abad ke-17, dipenuhi dengan aroma dupa, denting lonceng, dan suara doa yang dilantunkan dalam bahasa Mandarin dan Hokkien.
Di altar utama, para pemuka agama memimpin doa yang disertai dengan pembakaran dupa dan penyalaan lilin merah raksasa sebagai simbol harapan dan perlindungan dari para dewa.
“Doa bersama ini adalah bentuk rasa syukur atas tahun yang telah dilalui, sekaligus permohonan berkah di tahun baru,” ujar Romo Liem Sen, salah satu tokoh agama setempat.
baca juga : Tari Tradisional Indonesia di Festival Musim Dingin Jepang 2023
Tradisi Menjelang Imlek
Selain doa bersama, umat juga menjalankan sejumlah tradisi lainnya seperti:
- Membersihkan altar keluarga di rumah
- Memberikan persembahan makanan dan buah-buahan
- Mengirim doa untuk leluhur
- Membakar hio dan kertas sembahyang
Umat percaya bahwa tindakan ini merupakan bentuk penghormatan kepada roh-roh leluhur serta untuk menyucikan diri sebelum memasuki tahun baru.
Klenteng See Hin Kiong, Simbol Keberagaman
Klenteng See Hin Kiong yang berlokasi di kawasan 13 Ulu, Palembang, merupakan salah satu situs sejarah yang masih aktif digunakan sebagai pusat peribadatan umat Tionghoa. Klenteng ini tidak hanya menjadi tempat sembahyang, tetapi juga simbol kerukunan antarumat beragama di kota pempek.
Selama momen Imlek, klenteng ini juga terbuka untuk pengunjung non-Tionghoa yang ingin melihat atau belajar tentang budaya dan spiritualitas masyarakat Tionghoa.
“Ini adalah kekayaan budaya yang perlu kita rawat bersama. Imlek bukan hanya milik satu etnis, tapi sudah menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia,” kata Walikota Palembang, H. Harnojoyo yang turut hadir di lokasi.
Partisipasi Generasi Muda
Menariknya, tahun ini terlihat semakin banyak generasi muda Tionghoa yang aktif dalam kegiatan Doa Bersama Imlek Palembang dan ritual persiapan Imlek. Mereka terlibat sebagai relawan klenteng, pengatur lalu lintas peziarah, hingga pengelola dekorasi dan kegiatan sosial seperti bagi-bagi sembako.
Fenomena ini diapresiasi oleh para tokoh agama dan masyarakat karena menunjukkan adanya semangat pelestarian budaya yang tetap hidup di tengah era modern.
Pengamanan dan Protokol Ketat
Mengingat keramaian yang tinggi dan pentingnya acara ini, aparat keamanan serta Satpol PP Palembang dikerahkan untuk menjaga ketertiban. Pihak pengelola klenteng juga tetap menerapkan protokol kesehatan, termasuk menyediakan masker, hand sanitizer, dan pengaturan jalur masuk serta keluar.
Imlek Sebagai Pemersatu
Tradisi doa bersama ini bukan hanya milik satu kelompok etnis. Beberapa warga sekitar dari etnis non-Tionghoa pun turut membantu kelancaran acara. Hal ini memperlihatkan bagaimana Imlek telah menjadi bagian dari budaya lokal yang inklusif dan pemersatu masyarakat.
Palembang, sebagai kota multietnis yang memiliki sejarah panjang hubungan antara Melayu, Tionghoa, dan Arab, menjadikan momen ini sebagai simbol penting dari toleransi yang hidup dan nyata.
Harapan dan Pesan Damai
Doa-doa yang dipanjatkan kali ini banyak berisi harapan tentang:
- Keselamatan dan kesehatan keluarga
- Kemajuan ekonomi setelah pandemi
- Persatuan bangsa di tengah perbedaan
- Perlindungan terhadap bencana dan konflik sosial
Sebagai penutup acara, lonceng besar dibunyikan tujuh kali dan para umat meninggalkan klenteng dengan membawa lampion kecil dan angpau merah sebagai simbol keberuntungan.
Rangkaian doa bersama Imlek di Klenteng See Hin Kiong Palembang tahun ini kembali menunjukkan bahwa spiritualitas dan tradisi budaya dapat hidup berdampingan secara damai di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Di tengah kerlap-kerlip lampion dan aroma dupa yang menggantung di udara, semangat persaudaraan tetap menyala.