Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Follow Us
Follow Us

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use

Dari Cerita Nenek Moyang Hingga Musikalisasi Puisi

Tapi tidak dengan Lentera Sastra Rakyat 2023. Mereka yang hadir pada malam itu sepakat: susah banget move on! Kenapa? Musikalisasi Puisi adalah pesta imajinasi, pertunjukan cinta pada akar budaya, dan laboratorium ekspresi kreatif lintas generasi.

Cerita Nenek Moyang yang Tak Pernah Usang

Ia membawakan Legenda Alas Gumitir dengan gaya tutur khas Jawa ngoko halus yang membuat penonton—terutama anak muda—terkesima dan terdiam.

Baca Juga : Fitur AI Meta Messenger WhatsApp 2023 Inovasi Masa Depan

Advertisement

Puisi dan Musik: Perkawinan Sastra yang Segar

Bagian paling membuat penonton bersorak adalah segmen

“Awalnya saya kira ini bakal ngebosenin kayak baca puisi di kelas,” ujar Raka (19), mahasiswa Sastra Nusantara

Panggung Terbuka: Ketika Anak Muda Ambil Alih Cerita

Pukul 20.30 WIB, suasana beralih ke segmen Open Stage: Cerita dari Generasi Kini. Siapa pun bisa tampil—asal membawakan karya bertema cerita rakyat atau nilai-nilai lokal.

Yang paling menarik? Seorang siswa SMA membawakan stand-up comedy berjudul “Kalau Buto Ijo Punya HP”, yang sukses mengocok perut penonton sambil menyelipkan kritik sosial tentang kecanduan gadget.

Ada pula kelompok pemuda yang membawakan drama pendek “Cinta di Era Kerajaan Jenggala” dalam format TikTok-style sketsa tiga menit. Panggung ini menjadi bukti bahwa budaya tradisional musikalisasi puisi bisa dikemas modern tanpa kehilangan esensi.

Diskusi Pinggir Api: Refleksi yang Membekas

Sekitar pukul 21.30 WIB, acara ditutup dengan sesi refleksi santai di bawah bintang—Diskusi Pinggir Api. Para pengisi acara dan penonton duduk melingkar di sekitar api unggun kecil. Obrolannya ringan tapi bermakna: apa makna cerita rakyat di era serba digital ini?

“Buat saya, cerita rakyat itu bukan hanya hiburan, tapi cermin. Cermin tentang bagaimana masyarakat kita dulu berpikir, mencintai, dan takut,” ujar Anggun, seniman pertunjukan.

Diskusi ini terasa personal, membuat pengunjung merasa menjadi bagian dari cerita lentera suara rakyat, bukan sekadar penonton. Banyak dari mereka yang menuliskan kesan mereka di buku tamu yang disediakan panitia, atau memotret suasana dan mengunggahnya ke media sosial dengan tagar #LenteraRakyat2023.

Kenapa Susah Move On? Ini Alasannya

Setelah acara usai, grup WhatsApp dan akun Instagram komunitas penuh dengan komentar haru, nostalgia, dan semangat.

Lentera bukan sekadar pertunjukan. Ia adalah jembatan waktu. Dan siapa pun yang menyeberang malam itu, pasti tahu kenapa susah untuk benar-benar move on.

Keep Up to Date with the Most Important News

By pressing the Subscribe button, you confirm that you have read and are agreeing to our Privacy Policy and Terms of Use
Add a comment Add a comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Rahasia di Balik Cerita Rakyat Lewat Panggung Lentera

Next Post

Saat Tradisi dan Teknologi Berkolaborasi

Advertisement